Member-only story

Sirene, Strobo, dan “Voorrijder”

#448: Pengawalan polisi untuk kendaraan di jalan raya

Ivan Lanin
3 min readMar 16, 2024

--

Ilustrasi: MotorPlus

Pagi itu lalu lintas Jakarta macet sekali—seperti biasa. Saya naik taksi daring dari rumah saya di Permata Hijau menuju Gedung Telkom Hub. Dari Jl. Gerbang Pemuda hingga Jl. Gatot Subroto, kendaraan saya merayap pelan hingga hampir berhenti ketika menaiki Simpang Susun Semanggi (Jembatan Semanggi) yang keluar di Jl. Sudirman ke arah SCBD. Saya gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.50, sedangkan acara saya dimulai pukul 9.00.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Tiba-tiba, dari belakang, sebuah motor patwal (patroli dan pengawalan) menyelinap di antara dua lajur kendaraan di Jembatan Semanggi tempat saya terperangkap tak berdaya di tengah kemacetan. Petugas patwal mengawal sebuah mobil Alphard hitam dengan membunyikan sirene dan menyalakan strobo. Kendaraan lain menepi untuk membuka jalan bagi mereka. Saya melirik pelat nomor Alphard itu. Nomornya biasa, bukan nomor pejabat negara, perwakilan negara asing, atau “RF” yang biasa dipakai pejabat sipil, TNI, atau kepolisian.

Sambil lalu, kata “sirene“ dan “strobo” diserap dari bahasa Belanda. Kata “sirene”, bukan “sirine”, diucapkan dengan huruf “e” pertama taling seperti pada “lem” dan “e” kedua pepet seperti pada “enam” mengikuti sumber serapannya. Kata…

--

--

Ivan Lanin
Ivan Lanin

Written by Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari

Responses (1)