Kecerdasan Majemuk

#230: Linguistik, logika, musik, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik

Ivan Lanin

--

Sumber: Sajaganesandip/Wikimedia Commons

Ketika membaca buku Public Speaking: Seni Menguasai (dan Cari) Panggung untuk Profesional (William Ndut, 2023), saya menemukan istilah “kecerdasan budaya” (cultural intelligence). “Wah, jenis kecerdasan baru, nih,” pikir saya. Kian lama kian banyak jenis kecerdasan yang didefinisikan manusia.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Saya ingat pernah dites IQ (intelligence quotient) waktu kecil oleh psikolog. Almarhum ayah saya punya beberapa buku latihan tes IQ. Ayah gemar menyuruh anak-anaknya untuk berlatih mengerjakan soal di buku-buku itu. Saya tidak tahu apakah latihan itu berpengaruh terhadap kecerdasan kami. Saya senang-senang saja disuruh Ayah mengikuti tes angka, gambar, logika, dan bahasa. Saya menganggap tes itu seperti permainan.

Saya juga ingat, setelah itu, Ayah membeli beberapa buku tentang EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient). EQ diterjemahkan sebagai kecerdasan emosional, sedangkan SQ kecerdasan spiritual. Saat itu saya heran, “Memangnya, quotient diterjemahkan menjadi kecerdasan, ya?” Mungkin, waktu itu istilah kuosien atau hasil bagi belum terlalu dikenal. Anehnya, IQ diterjemahkan sebagai kecerdasan intelektual, bukan…

--

--

Responses (1)