Member-only story
Huruf yang Mendua
#465: Bunyi dan tulisan tidak selalu seiring
Penafian: Tulisan ini dibuat dengan metode menulis bebas selama 15 menit ketika mengiringi peserta pelatihan menulis. Ketepatan isi tulisan masih perlu diperiksa.
Hakikat bahasa adalah lisan. Manusia belajar berbahasa dengan bunyi, bukan tulisan. Bunyi bahasa menyampaikan makna. Tulisan mewujudkan bunyi bahasa menjadi bentuk yang lebih dapat disimpan dan disebarkan.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Bunyi bahasa dan tulisan idealnya berhubungan satu dengan satu. Artinya, satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Ada huruf yang mendua: satu huruf dapat dibunyikan berbeda. Sebaliknya, ada juga beberapa huruf yang dibunyikan sama atau mirip.
Huruf “e” merupakan contoh huruf yang dapat dibunyikan dengan cara berbeda. Kita mengenal e pepet yang dibunyikan dengan lemah dan e taling yang dibunyikan dengan kuat. Contoh e pepet ada pada “enam”, sedangkan e taling pada “lem”. Huruf “k” pada “bak mandi” dan “bapak” juga diucapkan dengan cara yang agak berbeda.
Ada pula kata yang ditulis dengan rangkaian huruf yang sama, tetapi memiliki bunyi berbeda. Gejala ini disebut “homograf”. Kata “apel”, misalnya, bermakna ‘jenis buah’ ketika diucapkan dengan e…