Member-only story
Batas Lisensi Puitis
#577: Sampai di mana kebebasan berbahasa penulis fiksi?
Jumat malam itu saya duduk santai di rumah di depan TV. Makan malam baru saja usai dan saya “kenyang bego”—itu padanan food coma versi teman-teman saya. Sorenya, dua jam saya terbuang mengarungi kemacetan Jakarta untuk pulang. Saya sudah malas melakukan apa pun, tetapi rasanya masih ada hal lain yang perlu saya lakukan. Apa, ya?
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Astagfirullah! Saya masih ada jadwal mengisi Kelas Menulis Novel Gelombang #3 Kwikku pukul 19.30! Saya mendapat giliran dua sesi. Sesi pertama saya sudah dilangsungkan dua hari sebelumnya pada Rabu malam, 17 Juli 2024. Sesi Jumat ini sesi kedua saya, sekaligus sesi penutup rangkaian delapan sesi kelas dari tiga mentor: Mbak Okky Madasari, Mas Agus Mulyadi, dan saya. Mbak Okky berfokus pada elemen cerita, Mas Agus pada penjenamaan (branding) penulis, sedangkan saya pada penyuntingan.
Ini kelas ketiga saya bersama Kwikku setelah kelas pertama pada Juli 2023 dan kelas kedua pada November 2023. Meski masih diadakan secara daring, kelas kali ini berbeda karena dua kelas lainnya diisi lima mentor. Materinya pun saya lihat lebih ramping dan terarah. Kwikku tampaknya terus berupaya menyempurnakan silabus mereka. Mereka juga sudah menyediakan kelas luring dengan Bang…