Seni Menceritakan Kisah Nyata
#540: Kuncinya adalah memberikan emosi pada cerita
Kiriman di Facebook A.S. Laksana (Sulak) pada akhir Februari menarik perhatian saya. Kelas baru! Judulnya “Storytelling: Seni Menceritakan Kisah Nyata”. Kelas ini tampaknya cocok sekali bagi saya yang sedang belajar bercerita. “Kuncinya adalah memberi emosi pada kisah Anda,” tulis Mas Sulak pada kiriman itu. Saya tersindir. Saya sulit menyisipkan emosi dalam tulisan karena merasa itu membuat saya rentan. Dalam keseharian, saya pun tidak terlalu ekspresif.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Seperti biasa, saya mendaftar kelas dengan mengirim pesan WhatsApp (WA) kepada Mbak Raya, anak Mas Sulak yang menjadi admin kelas-kelas beliau. Setelah membayar, saya dimasukkan ke grup WhatsApp kelas. Kelas dimulai pada 4 Maret 2024 dan diikuti oleh 38 peserta, termasuk saya.
Biasanya, materi kelas dikirim melalui surel kepada tiap peserta tiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu. Pada kiriman di Facebook, Mas Sulak menjanjikan 20 materi untuk kelas ini, yang berarti semua materi akan rampung dalam empat pekan (lima materi per pekan). Selama mengikuti sepuluh kelas beliau sebelumnya, pengiriman materi harian melalui surel selalu lancar dan sesuai dengan jadwal. Kelas kali ini berbeda.