Menyimak dengan Hati

Perhatikan, catat, dan tanggapi

Ivan Lanin

--

Ilustrasi: DALL-E 3. Perintah: Foto dua orang Indonesia. Sang laki-laki mendengarkan dengan penuh perhatian ketika sang perempuan sedang menceritakan harinya dengan bersemangat.

“Kamu enggak pernah nyimak.” Istri saya sering mengatakan itu ketika kami bertengkar pada tahun-tahun awal pernikahan kami. Padahal, saya merasa sudah mendengarkannya berbicara berjam-jam. Baiklah. Saya agak berlebihan. Mungkin dia hanya berbicara, tepatnya mengomel, selama beberapa menit. Waktu memang tidak terasa berlalu ketika bersamanya.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Keluhan istri saya itu berkurang setelah saya mempelajari lagi keterampilan berbahasa dengan lebih mendalam. Saya menyadari bahwa mendengar (hearing) berbeda dengan menyimak (listening). Mendengar sekadar menangkap suara, sedangkan menyimak adalah mendengarkan suara dengan penuh perhatian untuk dimaknai dan dipahami. Rupanya, saya disebut “tidak menyimak” karena tidak dapat memahami maksud istri saya yang sebenarnya.

Di antara empat keterampilan berbahasa, menyimak adalah keterampilan pertama yang dikuasai manusia. Pada awalnya, bayi mendengar dan merespons suara dari sekitarnya tanpa mengetahui makna. Pelan-pelan dia mengenali makna kata-kata sederhana dan belajar menirukannya. Dia mempelajari keterampilan bahasa kedua, yaitu berbicara. Barulah kemudian dia belajar menghubungkan suara dan tulisan melalui keterampilan berbahasa yang ketiga dan keempat: membaca dan menulis.

--

--

No responses yet