Menata Bahasa Naskah Dinas
#198: Pedoman naskah dinas perlu direvisi secara berkala untuk mengikuti perkembangan kaidah dan kebutuhan.
Cirebon bukan kota yang sering saya kunjungi. Saya sama sekali buta arah di kota ini, berbeda dengan Bandung atau Yogya, misalnya. Saya pun selalu mencemaskan transportasi dari stasiun atau bandara ke tempat menginap di sebuah kota yang masih asing. Saya tidak suka kerumunan pengemudi yang menjajakan angkutan mereka dengan keramahan semu.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Maka dari itu, setelah Kereta Api Gajayana yang membawa saya dari Stasiun Gambir Jakarta sampai pada Kamis malam, 6 Juli 2023, pukul 21.30, saya duduk cukup lama di emper Stasiun Kejaksan Cirebon. Suasana stasiun lengang. Sambil duduk, saya memeriksa jarak dari stasiun ke hotel tempat acara saya besok pagi. Ternyata jaraknya dekat, cuma sekitar 10 menit bermobil. Saya pesan mobil dari aplikasi taksi daring.
Sopir taksi daring saya orang Cirebon asli. Namanya Agung. Dia bertanya saya dari mana. Hampir saja saya jawab, “Saya dari keluarga baik-baik.” Untung saya segera menyadari bahwa tidak semua orang dapat langsung memahami candaan itu. Kang Agung menginfokan bahwa Stasiun Cirebon biasanya memang hanya ramai pada akhir pekan. Dia juga bercerita tentang…