Member-only story

Kronologis vs. Nonkronologis

#531: Pikiran kita nonlinier, melompat-lompat, maju-mundur, ke utara-ke selatan

Ivan Lanin
3 min readJun 8, 2024
Ilustrasi: Jordan Benton/Pexels

Saat menulis, saya hampir selalu menggunakan alur kronologis. Cerita terakhir tentang rapat dengan Biro Humas Kominfo, misalnya, saya buat dengan urutan linier menurut waktu, mulai dari membaca undangan, mencari info sebelum acara, tiba di tempat acara, hingga berdiskusi dengan mereka. Tulisan kronologis lebih mudah disusun oleh penulis dan lebih gampang dicerna oleh pembaca.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Kebiasaan menerapkan alur kronologis mungkin terbawa jenis tulisan yang biasa saya ajarkan. Laporan resmi, karya ilmiah, dan opini hukum beralur kronologis. Laporan dimulai dari pendahuluan yang berisi latar belakang, dilanjutkan dengan pembahasan, dan diakhiri dengan penutup. Urutan pendahuluan, studi literatur, metodologi, hasil dan analisis, serta simpulan dan saran pada karya ilmiah juga kronologis. Struktur opini hukum pun mirip dengan karya ilmiah.

Saat berbicara, saya lebih sering menggunakan alur nonkronologis. Waktu mengisahkan jatuh saat jalan pagi, saya bercerita, “Tadi aku jatuh pas nyeberang di GBK. Sakitnya tidak terlalu terasa, tetapi malunya itu, lo. Jadi, awalnya aku parkir mobil di Playan, ….” Kalau kejadian itu diceritakan secara…

--

--

Ivan Lanin
Ivan Lanin

Written by Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari

No responses yet