Ketakterjemahan

#470: Tidak semua kata dapat dipadankan dengan makna yang sama persis dengan bahasa sumbernya

Ivan Lanin

--

Mångata (bahasa Swedia), pantulan bulan di air yang berbentuk seperti jalan berliku (Frokor/Wikimedia Commons)

Kata bahasa Jawa “kunduran” memiliki arti spesifik, yaitu tertabrak sesuatu (misalnya truk) yang berjalan mundur. Tidak ada kata bahasa Indonesia yang artinya sama persis dengan arti itu. Kata itu terbentuk dari kata “undur” dan apitan “ke--an” dengan penghilangan bunyi “e” di tengah (sinkope). Sebenarnya, kita dapat menyerap utuh “kunduran” atau menggunakan “keunduran”. Bu Jun, guru bahasa saya, mengusulkan “terunduri”.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Bahasa daerah lain, bahasa Sunda, punya kata “ngabuburit” yang bermakna spesifik dan tidak punya padanan satu kata dalam bahasa Indonesia. Kata itu berasal dari “burit” (sore; senja) dan kurang lebih berarti ‘bermain sambil menunggu waktu sore’. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyerap kata itu dengan arti ‘menunggu azan Magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan’.

Bahasa asing pun kerap punya kata yang tidak dapat diterjemahkan dengan mudah ke dalam bahasa Indonesia. Dari bahasa Jepang, misalnya, ada kata 積ん読 (tsundoku) untuk menyebut perilaku kegemaran membeli buku, tetapi hanya ditumpuk dan tidak dibaca. Dari bahasa Inggris, ada kata serendipity untuk penemuan sesuatu yang berharga tanpa…

--

--