Member-only story
Hilang Sabar
#475: Belajar menanggapi dengan lebih arif
Saya tergelincir. Biasanya, saya dapat menahan diri untuk tidak membalas komentar warganet dengan tajam. Namun, entah setan apa yang sedang merasuki, Jumat malam itu saya mengeluarkan balasan “silet”. Itu istilah teman-teman saya untuk perkataan yang tajam mengiris hati seperti silet. Oh, ya. “Silet” merupakan metonimia yang diambil dari merek dagang Gillette. Nama jenisnya “pisau cukur”.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Pemicunya sederhana. Saya membuat kiriman ke X: “Pernahkah kamu duduk di teras rumah sambil memandangi air yang tumpah dari langit dan menghidu aroma petrikor yang menguar mengiringinya? Bagaimana rasanya?” Kiriman itu saya buat untuk kampanye #seharisekata. Saya ingin memperkenalkan satu kosakata baru tiap hari agar warganet tidak asing dengan bahasa kita sendiri. Kiriman itu mengangkat kata “petrikor”, yaitu ‘aroma tanah yang terkena hujan’.
Saya lupa bahwa dua kata lain pada kiriman itu tidak terlalu dikenal orang: menghidu dan menguar. Saya sudah biasa menggunakan kata-kata itu, tetapi orang lain belum tentu paham artinya. Adalah wajar ketika seseorang berkomentar, “Menghidu? Menguar nih jarang denger, kayaknya ada kata lain yg lbh familiar dr ini.” Menghidu sama dengan mencium atau membaui, sedangkan menguar berarti…