Member-only story
Fiksi
Loper Koran
#34: Tiga tahun dia mengantarkan koran tepat waktu
Tiga hari sudah aku tidak membaca koran. Biasanya, suara motor Pak Binsar sudah terdengar dari jauh pada sekitar pukul 6.15 pagi. Loper koran itu selalu tepat waktu mengantar koran ke rumahku, bahkan ketika cuaca tidak bersahabat.
Sejak kecil aku terbiasa membaca koran cetak langganan ayahku. Dahulu aku kerap berebut dengan ayah dan adikku tentang siapa yang membaca koran lebih awal. Tentu saja aku lebih sering kalah rebutan karena almarhum Ayah hampir selalu terjaga paling pagi.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Ketika pindah ke rumah sendiri setelah menikah, koran digital sudah marak. Aku mulai terbiasa untuk membaca koran melalui ponsel. Cara itu lebih praktis. Namun, ada kenikmatan yang kurindukan dari membaca koran cetak.
Membaca koran cetak menerbitkan banyak sensasi. Membuka koran dari bungkusnya, merasakan kesat kertasnya, hingga menghidu aroma khasnya merupakan hal-hal yang membuatku sebenarnya lebih memilih koran cetak. Mata plus paruh bayaku juga lebih nyaman membaca dari kertas koran daripada dari layar laptop atau ponsel.
Tidak lama setelah pindah rumah, aku duduk di teras depan rumah sambil menghirup kopi dan membaca koran dari ponsel…