Dokumentasi Jawaban

#498: Agar tidak perlu menjawab pertanyaan yang sama terus-menerus

Ivan Lanin
4 min readMay 5, 2024

--

Peserta Webinar “ASN BPS Cakap Berbahasa”

Selasa pagi itu saya terbangun dengan cukup segar. Malam sebelumnya, saya tidur lebih cepat karena mulai merasakan gejala pilek: bersin-bersin dan gatal pada hidung. Saya memaksa diri untuk berolahraga sekitar sejam demi memancing endorfin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Upaya itu berhasil. Setelah mandi, saya lebih bugar dan siap untuk mengisi webinar tiga jam mulai pukul 9.00.

Webinar pada Selasa penghujung April 2024 itu bertajuk “ASN BPS Cakap Berbahasa” dan diadakan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (BPS Lampung). Ini pertama kalinya saya mengisi acara yang diadakan BPS. Materi acara baru selesai saya siapkan Senin malam dengan informasi yang minim. Taklimat (brief) dari Pemasaran Narabahasa hanya meminta materi penulisan naskah dinas yang baik dan benar dengan sedikit pembahasan tentang pemilihan kosakata saat menjadi pembicara. Kerangka acuan kegiatan (KAK) tidak diberikan oleh tim Pemasaran.

Ruang rapat Zoom sudah dipenuhi peserta dan suasana sudah ramai saat saya masuk. Pembawa acara webinar, Bu Ocha, sedang menyapa para peserta satu per satu. Saya senang menyimak obrolan para peserta sebelum acara karena itu membuat saya lebih memahami tujuan acara dan profil peserta yang kerap tidak tampak dari taklimat kegiatan atau KAK. Peserta webinar ternyata berasal dari kantor BPS kabupaten/kota di Provinsi Lampung, seperti BPS Kabupaten Pringsewu dan BPS Kota Metro.

Ketika memberikan sambutan pembuka acara, Pak Agung Erianto, Kepala Bagian Umum BPS Lampung, menyampaikan bahwa webinar diadakan untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya pemakaian bahasa Indonesia serta meningkatkan keterampilan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada para peserta. Selain naskah dinas, para peserta juga membuat berita, siaran pers, publikasi, dan artikel untuk disebarkan kepada publik. Mereka menghadapi risiko salah komunikasi dan penurunan kredibilitas jika salah berbahasa.

Waduh, ternyata mereka mengharapkan bukan hanya materi naskah dinas, melainkan juga materi kehumasan. Saya harus berimprovisasi karena materi yang sudah disiapkan hanya membahas naskah dinas. Masalah seperti ini sudah sering saya hadapi sehingga saya cukup dapat menanganinya. Saya membahas beberapa jenis tulisan selain naskah dinas tanpa berpatokan pada salindia (slide) presentasi—menegangkan pada awalnya, tetapi menyenangkan setelah berhasil dilalui.

Peserta yang hadir mencapai 109 orang dan sangat aktif bertanya. Berikut beberapa pertanyaan peserta.

  1. Apa kesalahan yang sering terjadi pada naskah dinas?
    Narabahasa sudah dua kali meneliti kesalahan berbahasa dalam naskah dinas untuk dikirimkan ke seminar ilmiah. Dalam penelitian itu, kami membagi kesalahan berbahasa berdasarkan satuan bahasa. Secara berurutan, kesalahan berbahasa terbanyak muncul pada tingkat ejaan, kalimat, kata, wacana, dan paragraf.
  2. Bagaimana memvariasikan pilihan kata pada tulisan untuk media massa agar pembaca tidak bosan?
    Kosakata diperluas dengan sering membaca tulisan orang lain, baik fiksi maupun nonfiksi. Saat menulis, kita juga dapat menggunakan tesaurus untuk mencari sinonim kata agar diksi tulisan lebih variatif.
  3. Bagaimana cara membuat parafrasa?
    Saya pernah membuat tulisan tentang cara memarafrasakan kalimat. Ada empat cara yang dapat dilakukan: Mulai dari bagian berbeda, gunakan sinonim kata, ubah struktur kalimat, dan pecah atau gabung kalimat.
  4. Bagaimana cara membuat bagian pembuka tulisan opini yang menarik dan provokatif?
    Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan singkat. Nanti saya tuangkan menjadi tulisan. Secara teoretis, paragraf pembuka dapat berbentuk kutipan menggugah, fakta mengejutkan, pertanyaan provokatif, cerita relevan, atau tantangan pendapat.
  5. Apa pentingnya tata bahasa dalam berkomunikasi yang efektif?
    Tata bahasa membuat pesan mudah dipahami (efektif), penyampaian pesan cepat (efisien), dan citra pemberi pesan bagus (tepercaya).
  6. Seberapa jauh penggunaan kosakata baru dan menarik dibolehkan dalam naskah dinas?
    Tidak ada batasan yang pasti untuk hal ini. Kita dapat menyeimbangkan pemahaman pembaca, keinginan memopulerkan kata, dan kemenarikan naskah. Contohnya, padanan kata yang belum populer dapat disandingkan dengan kata bahasa asingnya yang lebih populer dalam tanda kurung.
  7. Bagaimana cara membuat surat yang menggambarkan bahasa pimpinan yang menandatangani surat?
    Dengan uji coba dan melihat koreksi yang diberikan pimpinan. Sebagai penanda tangan surat, pimpinan perlu memastikan bahwa bahasa surat sesuai dengan bahasanya.
  8. Bagaimana cara membuat undangan lebih menarik?
    Berikan gambaran apa isi acara dan tekankan pentingnya acara itu. Contoh: Rapat ini akan membahas rencana kerja kita tahun depan sehingga tiap unit kerja perlu diwakili oleh personel yang dapat mengambil keputusan.
  9. Bagaimana cara menyampaikan pesan dengan jelas dan santun?
    Fokuskan dahulu untuk membuat kalimat yang jelas. Saat menyunting, baru coba ganti dengan struktur kalimat atau pilihan kata yang lebih santun, misalnya ganti “minta” menjadi “mohon”.
  10. Bagaimana cara membuat surat yang mendorong tindak lanjut dari penerimanya?
    Tekankan pentingnya tindak lanjut dan berikan tenggat. Contoh: Laporan dari tiap unit kerja akan menjadi bahan penyusunan laporan kompilasi kita yang harus dikirim kepada kantor pusat paling lambat awal bulan depan. Oleh karena itu, mohon bantuan tiap unit kerja untuk mengirimkan laporan kepada kami paling lambat pekan depan.
  11. Bagaimana cara memilih kata dalam takarir (caption)? Apakah boleh menggunakan kata tidak baku?
    Isu ini pernah ramai di media sosial X pada April 2023. Menurut saya, takarir termasuk dalam laras bahasa kreatif, hibrida antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Detailnya dapat dilihat pada tulisan ini.

Beragam sekali pertanyaan itu, bukan?

Saya senang dengan audiens yang aktif bertanya. Pertanyaan dari orang lain memperdalam pengetahuan saya. Menjawab pertanyaan secara lisan dan langsung lebih mudah daripada menuangkannya menjadi tulisan. Namun, setelah dituliskan, tulisan itu dapat dirujuk ketika ada orang lain yang menanyakan hal yang sama. Saya mau lebih menggiatkan dokumentasi jawaban pertanyaan dalam bentuk tulisan, ah.

Tingkatkan keterampilan berbahasa Anda dengan mengikuti kelas-kelas Narabahasa. Kunjungi juga toko daring kami di Tokopedia untuk memperoleh buku dan berbagai produk kebahasaan yang menarik.

--

--

Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang belajar bercerita setiap hari