Member-only story
Bagaimana Menulis Dialog Batin?
Tanda petik versus huruf miring
Kaidah penulisan dialog yang diucapkan secara langsung sangat jelas: diapit dengan tanda petik. Namun, bagaimana cara menulis dialog batin yang diucapkan dalam hati? Bagaimana dengan dialog lewat telepon? Bagaimana dengan dialog melalui pesan WhatsApp?
Belum jadi anggota Medium? Baca gratis tulisan ini di sini.
Tiga pertanyaan tersebut diajukan pada dua sesi materi Swasunting Antipening, 17 dan 21 November 2023. Sesi itu saya bawakan sebagai bagian Kelas Menulis Novel Gelombang #2 Akademi Menulis Kwikku. Kelas itu terdiri atas 13 sesi berdurasi 90 menit yang diisi lima mentor. Selain saya, kelas itu juga menghadirkan Adhitya Mulya, Okky Madasari, Yusi Avianto Pareanom, dan Agus Mulyadi sebagai mentor.
Saya melihat dua cara penulisan yang biasa digunakan berbagai penulis untuk dialog selain ucapan langsung. Ada yang menuliskankannya dengan huruf miring dan ada pula yang menuliskankannya dengan diapit tanda petik. Contohnya sebagai berikut.
- Jangan-jangan, dia pelakunya. Tampaknya, dia punya motif yang kuat.
- “Jangan-jangan, dia pelakunya,” pikirku. Tampaknya, dia punya motif yang kuat.
- Terdengar suara dari ujung telepon. Berikan telepon kepada adikmu.