Sebelas Kelas Kata

Nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, interjeksi, artikula, dan partikel penegas.

Ivan Lanin
6 min readJul 21, 2023

--

Bagan Kalimat yang Mengandung Sebelas Jenis Kelas Kata

Saya selalu mengupayakan untuk membuat tulisan yang singkat agar tidak memakan waktu lama untuk dibaca. Sebelum membuat tulisan ini, saya membatin, “Mustahil membuat tulisan singkat tentang kelas kata. Banyak sekali yang harus dijelaskan.” Akhirnya, saya memutuskan untuk membatasi uraian tiap kelas kata pada aspek makna (semantis), fungsi (sintaksis), dan bentuk (morfologis).

Kelas kata adalah kategori kata berdasarkan bentuk, fungsi, atau maknanya. Pengetahuan tentang kelas kata diperlukan untuk dapat memilih kata. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi IV (TBBBI) dari Badan Bahasa (2017) membagi kelas kata menjadi sebelas: nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, interjeksi, artikula, dan partikel penegas.

Sebelas kelas kata tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu enam kelas kata penuh dan lima jenis kata tugas. Kata anggota kelas kata penuh memiliki arti ketika berdiri sendiri (makna leksikal), misalnya kata benda buku, sedangkan kata anggota kelas kata tugas mempunyai makna ketika digunakan dalam kalimat (makna gramatikal), misalnya kata depan di.

1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada entitas (misalnya manusia) atau konsep (misalnya akal). Nomina biasanya berfungsi sebagai subjek atau objek kalimat. Namun, ia kadang juga dapat menduduki fungsi pelengkap, keterangan, dan predikat. Kelas kata ini tidak dapat diingkarkan dengan tidak (misalnya *tidak meja), tetapi dapat diingkarkan dengan bukan (misalnya bukan meja).

Berdasarkan acuannya, nomina dapat dikelompokkan dengan tiga cara sebagai berikut:

  1. Nomina konkret (meja, hewan, dsb.) versus nomina abstrak (masalah, kejujuran, dsb.)
  2. Nomina umum atau nama jenis (pasar, bintang, dsb.) versus nama diri (Amir, Indonesia, dsb.)
  3. Nomina terbilang (guru, pensil, dsb.) versus nomina takterbilang (air, hormat, dsb.)

Berdasarkan bentuknya, nomina dapat berupa nomina dasar dan nomina turunan. Penurunan nomina dapat dilakukan dengan konversi (misalnya dalam), pengimbuhan (misalnya tulisan), pengulangan (misalnya kuda-kuda), dan pemajemukan (misalnya rumah sakit).

2. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja (verba) adalah kata yang mengandung makna perbuatan (misalnya mandi), proses (misalnya mengering), atau keadaan (misalnya mati). Verba berfungsi sebagai predikat kalimat dan umumnya tidak dapat diwatasi dengan sangat (misalnya *sangat mandi).

Ada verba yang dapat dipasifkan (transitif) dan ada pula yang tidak (intransitif). Verba transitif memerlukan nomina sebagai objek pada kalimat aktif, misalnya Ibu mencuci piring, sedangkan verba intransitif tidak, misalnya Dia mandi. Selain itu, ada juga verba semitransitif yang dapat diikuti objek, tetapi dapat juga tidak, misalnya membaca dan makan.

Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi verba dasar dan verba turunan. Sama seperti nomina, verba juga dapat diturunkan dengan konversi (misalnya kubur), pengimbuhan (misalnya bertani), pengulangan (misalnya mengulang-ulang), dan pemajemukan (misalnya jual beli).

3. Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang menerangkan nomina atau menjadi atribut nomina. Adjektiva dapat berfungsi atributif atau predikatif. Adjektiva atributif diletakkan sesudah nomina dan mewatasi nomina itu (misalnya baju murah). Adjektiva predikatif menjadi predikat kalimat, misalnya Ia rindu.

Dari segi makna, adjektiva dapat dibagi menjadi bertaraf (penunjuk kualitas, misalnya ringan) dan tak bertaraf (penunjuk keanggotaan dalam golongan, misalnya buntu). Adjektiva bertaraf dapat diberi pewatas sangat (misalnya sangat ringan), sedangkan adjektiva tak bertaraf tidak (misalnya *sangat buntu).

Berdasarkan bentuknya, adjektiva dapat dibagi menjadi adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Adjektiva dapat diturunkan dengan pengimbuhan (misalnya termegah), pengulangan (misalnya kecil-kecil), dan pemajemukan (misalnya baik hati).

4. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan (adverbia) adalah kata yang menerangkan verba (misalnya sedang makan), adjektiva (misalnya sangat ramah), atau adverbia lain (misalnya hampir selalu). Selain itu, adverbia juga dapat menerangkan seluruh kalimat, misalnya tampaknya pada Tampaknya ia terlambat. Adverbia yang menerangkan kalimat juga disebut “keterangan kalimat”.

Berdasarkan maknanya, adverbia dapat dibagi delapan: adverbia kualitatif (paling), kuantitatif (banyak), limitatif (hanya), frekuentatif (selalu), kewaktuan (segera), kecaraan (pelan-pelan), kontrastif (bahkan), dan keniscayaan (pasti). Kata yang berada dalam tanda kurung adalah contoh untuk tiap jenis adverbia itu.

Berdasarkan posisinya, adverbia dapat terletak sebelum (misalnya sangat), sesudah (misalnya saja), sebelum atau sesudah (misalnya kembali), atau sebelum dan sesudah (misalnya bukan … saja) kata yang diterangkannya.

Berdasarkan bentuknya, adverbia terdiri atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan. Adverbia tunggal ada yang berupa kata dasar (misalnya akan), kata berimbuhan (misalnya sebaiknya), dan kata ulang (misalnya diam-diam). Adverbia gabungan ada yang berdampingan (misalnya hampir saja) dan ada pula yang tidak (misalnya bukan … saja).

5. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti (pronomina) adalah kata yang berfungsi sebagai pengganti nomina. Karena menggantikan nomina, pronomina dapat menempati fungsi yang sama dengan nomina pada kalimat: subjek, objek, atau pelengkap. Bentuk pronomina hampir semuanya berupa kata dasar.

Pronomina ada tiga jenis, yaitu pronomina persona (saya, -nya, dsb.), pronomina penunjuk (ini, begitu, dsb.), dan pronomina tanya (apa, siapa, dsb.). Pronomina persona dibagi menjadi pronomina persona pertama (aku, -ku, dsb.), kedua (kamu, kau-, dsb.), dan ketiga (ia, mereka, dsb.). Pronomina penunjuk juga dibagi tiga: pronomina penunjuk umum (ini dan itu), tempat (sini, situ, dan sana), dan ihwal (begini dan begitu). Pronomina tanya biasanya dibagi berdasarkan apa yang ditanyakan, misalnya siapa untuk orang.

6. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang digunakan untuk menghitung banyaknya nomina, misalnya lima dan beberapa. Pada dasarnya, ada dua jenis numeralia, yaitu numeralia pokok yang menjawab pertanyaan “berapa” dan numeralia tingkat yang menjawab pertanyaan “keberapa”. Numeralia pokok disebut juga numeralia kardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut juga numeralia ordinal.

Kedua kelompok numeralia tersebut dapat dibagi menjadi subbagian yang lebih kecil. Numeralia pokok dibagi enam: numeralia pokok tentu (misalnya satu), kolektif (misalnya ketiga), distributif (misalnya satu-satu), taktentu (misalnya banyak), klitik (misalnya tri-), dan pecahan (misalnya setengah). Numeralia tingkat berbentuk sama dengan numeralia kolektif, misalnya anak ketiga (tingkat) dan ketiga anak (kolektif).

Dari bentuknya, numeralia dapat berupa kata dasar (misalnya satu dan banyak), kata turunan (misalnya ketiga dan satu-satu), atau klitik (misalnya eka- dan tri-).

7. Kata Depan (Preposisi)

Kata depan (preposisi) adalah kata yang menandai hubungan makna dengan kata yang mengikutinya, misalnya ke pada ke kantor menandai hubungan tempat tujuan. Preposisi diletakkan di depan kata yang ditandainya (nomina, adjektiva, atau adverbia). Gabungan kata itu membentuk frasa preposisional. Frasa jenis itu umumnya berfungsi sebagai keterangan kalimat.

Hubungan makna yang ditandai oleh preposisi dapat dibagi delapan: tempat (di, ke, dsb.), peruntukan (untuk, bagi, dsb.), sebab (karena, sebab, dsb.), cara atau kesertaan (dengan, sambil, dsb.), pelaku (oleh), waktu (pada, hingga, dsb.), ihwal (tentang dan mengenai), dan asal (dari).

Dari segi bentuk, preposisi terdiri atas preposisi tunggal dan gabungan. Preposisi tunggal dapat berupa kata dasar (misalnya di dan ke) dan kata berimbuhan (misalnya terhadap dan bagaikan). Preposisi gabungan dapat berdampingan (misalnya daripada dan sampai dengan) dan berkorelasi (misalnya antara … dan dan dari … hingga).

8. Kata Hubung (Konjungsi)

Kata hubung (konjungsi) adalah kata yang menghubungkan dua atau lebih satuan bahasa (kata, frasa, klausa, atau kalimat). Bentuk-bentuk konjungsi sama dengan preposisi, yaitu tunggal (misalnya untuk) dan gabungan (misalnya oleh karena).

Beberapa konjungsi, misalnya setelah dan karena, dapat berfungsi sebagai preposisi ketika bagian sesudahnya berupa kata atau frasa, bukan klausa. Sebagai contoh, setelah berfungsi sebagai konjungsi pada kalimat pertama di bawah ini dan sebagai preposisi pada kalimat kedua.

  1. Kami pergi setelah dia datang.
  2. Kami pergi setelah pukul 12.00.

Berdasarkan perilaku dalam kalimat, konjungsi dibagi empat: konjungsi koordinatif, subordinatif, korelatif, dan antarkalimat.

  1. Konjungsi koordinatif (misalnya atau) menghubungkan satuan bahasa yang setara.
  2. Konjungsi subordinatif (misalnya karena) menghubungkan satuan bahasa yang tidak setara.
  3. Konjungsi korelatif terdiri atas sepasang konjungsi (misalnya baik … maupun …).
  4. Konjungsi antarkalimat (misalnya selain itu) digunakan di awal kalimat untuk menghubungkan kalimat itu dengan kalimat sebelumnya.

9. Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru (interjeksi) adalah kata yang mengungkapkan seruan perasaan, seperti aduh atau astaga. Interjeksi umumnya hanya dipakai pada percakapan ragam informal dan hampir tidak pernah dipakai dalam ragam formal. Dalam kalimat, interjeksi tidak berhubungan dengan unsur lain (subjek, predikat, dsb.) dan dapat dihilangkan. Dari segi bentuk, interjeksi umumnya berupa bentuk dasar (misalnya dong) meski ada juga yang berupa bentuk turunan (misalnya sialan).

Perasaan yang diungkapkan dengan interjeksi bermacam-macam. Jenis dan contoh perasaan itu adalah, antara lain, kejijikan (cih), kekesalan (brengsek), kekaguman (amboi), kesyukuran (alhamdulillah), harapan (insyaallah), keheranan (eh), kekagetan (astaga), ajakan (ayo), panggilan (hai), dan simpulan (nah). Sebuah interjeksi kadang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan yang berbeda, misalnya ih yang dapat mengungkapkan kejijikan dan keheranan.

10. Kata Sandang (Artikula)

Kata sandang (artikula) adalah kata yang membatasi makna nomina. Artikula diletakkan di depan kata lain untuk membentuk frasa nomina. Semua artikula berupa bentuk dasar.

Jenis artikula ada tiga, yaitu artikula gelar (sang dan sri), kelompok (para, kaum, dan umat), dan penominal (si). Artikula gelar hang dan dang ditemukan dalam cerita sastra lama, tetapi kini sudah sangat jarang digunakan. Kata yang dapat dimasukkan ke dalam jenis artikula penominal, misalnya pada yang terhormat.

11. Partikel Penegas

Sesuai dengan namanya, partikel penegas menegaskan kata yang mendahuluinya. TBBBI mencantumkan empat partikel penegas, yaitu pun, -kah, -lah, dan -tah. Bentuk pertama ditulis terpisah dengan kata yang sebelumnya, sedangkan tiga bentuk yang terakhir ditulis serangkai. Partikel -tah sudah jarang digunakan sekarang.

Fiuh! Akhirnya selesai juga pembuatan ringkasan uraian sebelas kelas kata. Ternyata, “tulisan singkat” ini lebih dari seribu kata. Tiap kelas kata mungkin nanti akan dipaparkan dengan lebih terperinci dalam tulisan terpisah.

Tingkatkan keterampilan berbahasa Anda melalui kelas Narabahasa, baik yang diadakan secara langsung (sinkron) maupun melalui rekaman (asinkron). Kunjungi toko daring kami di Shopee dan Tokopedia untuk memperoleh buku-buku dan pernak-pernik kebahasaan yang menarik.

--

--

Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang belajar bercerita setiap hari