Rumah Ayah
#189: Ayah membangun rumah kami dengan keringat dan pikiran beliau sendiri.
Almarhum ayah saya arsitek. Tepatnya, beliau sarjana teknik sipil yang berbakat dan senang mendesain rumah. Rumah kami di daerah Pulogadung, Jakarta Timur, dirancang sendiri oleh beliau. Kami mulai menempati rumah itu pada 1980. Ini rumah pertama yang dimiliki sendiri oleh orang tua saya. Sebelumnya, Ayah dan Ibu berpindah-pindah rumah kontrakan sejak menikah pada akhir 1973.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Ketika mulai tinggal di Pulogadung, saya berumur lima tahun, sedangkan adik saya Eril berumur dua tahun. Saya lahir saat orang tua saya mengontrak di Gang Makmur, Duri Pulo, sedangkan Eril lahir waktu kami tinggal di rumah kontrakan di Jalan Kebon Pala, Tanahabang. Adek dan Adis—dua adik saya yang lain—lahir di Pulogadung pada 1983 dan 1988.
Daerah rumah kami di Pulogadung dahulu disebut “Kaveling Polri” karena diperuntukkan bagi anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Seingat saya, Ayah pernah bercerita bahwa beliau membeli tanah rumah kami dari seorang anggota Polri. Ayah membeli tanah di sana bersama dengan beberapa teman kerjanya di Departemen Pekerjaan Umum (DPU).
Meski dekat dengan Terminal Pulogadung, daerah di sekitar rumah saya pada 1980-an masih…