Member-only story
Pemanasan dan Pendinginan
#400: Mencegah cedera dan mengurangi pegal pascaolahraga
Hari Minggu kemarin saya mencapai rekor pribadi untuk jarak jalan terjauh: 12,43 km. Ahad itu merupakan hari ke-16 saya berjalan kaki minimal 5 km tiap hari. Adik saya Adis sebenarnya mewanti-wanti untuk tidak berlari tiap hari dan memberikan jeda hari istirahat. Adis si anak Jaksel itu menyebutnya rest day. Namun, dia menyetujui olahraga tiap hari asal saya berjalan, bukan berlari, serta melakukan pemanasan (warming up) dan pendinginan (cooling down).
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Adis instruktur yoga. Saya selalu meminta nasihat darinya soal kebugaran tubuh. Selain soal pemanasan dan pendinginan itu, dia juga menganjurkan saya untuk selalu memantau laju detak jantung (heart rate) saat berolahraga. Saya memakai arloji cerdas (smartwatch) untuk memantau. Adis menyarankan laju sekitar 50–85% dari detak jantung maksimum untuk orang seusia saya.
Dahulu, saya malas melakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan sesudahnya. Saya kapok mengabaikan dua hal itu karena ganjarannya sangat menyiksa: cedera dan nyeri. Otot betis saya pernah cedera karena tidak menjalankan pemanasan sehingga saya sulit berjalan selama dua pekan. Ketika tidak melaksanakan pendinginan, kaki saya pegal dan nyeri selama…