Member-only story
Pegawai Pajak Jadi Editor
#509: Dari mengurusi angka menjadi membenahi kata
Tepat pukul 4.30, Pak Kasto menelepon saya. Sopir Bluebird itu sudah menunggu di depan rumah saya. Malam sebelumnya, saya memesan taksi untuk mengantar saya ke Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Saya dijadwalkan untuk mengisi acara di Yogyakarta pada Senin, 13 Mei 2024, itu pada pukul 13.00–15.30. Kalau memungkinkan, biasanya saya memilih berangkat pagi dan pulang sore atau malam untuk perjalanan dinas luar kota. Begitu pun Senin itu.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Pesawat Citilink yang membawa saya ke Bandara Adisutjipto Yogyakarta kecil dan berbaling-baling ganda: ATR72–600. Menurut beberapa sumber yang saya baca, pesawat itu merupakan lungsuran dari Garuda Indonesia. Kapasitas penumpangnya 78 orang dengan tiap baris berisi 4 kursi: 2 di kiri dan 2 di kanan. Saya sempat cemas dengan guncangan pesawat, tetapi ternyata aman. Saya tetap dapat tidur sepanjang perjalanan.
Mas Rozaq dan Mas Bagas dari Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas), Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sudah menunggu di Adisutjipto saat saya tiba. Ketika mereka menawari untuk mencari sarapan, saya spontan menjawab, “Gudeg Yu Djum.” Seingat saya, ada cabang restoran itu di dekat Adisutjipto.