Pangkas Rambut

#496: Cukur, gunting, potong, regas, dan tampas

Ivan Lanin
2 min readMay 4, 2024

--

Ilustrasi: Dmitry Zvolskiy/Pexels

Waktu awal kuliah, saya sempat gondrong. Eh, itu gaya bahasa totum pro parte. Maksudnya, rambut saya sempat gondrong. Panjangnya sampai sebahu. Kala itu saya terhanyut kebebasan remaja yang baru menjadi mahasiswa dan lepas dari pengawasan orang tua. Saya merasa keren dengan kegondrongan itu. Saya percaya diri ketika mendekati perempuan mana pun. Sekarang, saya malu sendiri melihat foto saya ketika gondrong: kurus dan kumal. Kok, para perempuan itu waktu itu mau didekati saya, ya?

Kalau tidak salah, saya memutuskan berhenti gondrong saat tahun keempat kuliah. Alasannya karena kepraktisan. Rambut panjang harus dirawat dan banyak menghabiskan sampo. Lagi pula, teman-teman saya yang tadinya gondrong pun sudah banyak yang memendekkan rambut mereka. Paling tidak, saya sempat merasakan berambut panjang. Sejak itu, saya selalu berambut pendek. Saya sempat agak gondrong saat pandemi karena tidak ada pemangkas rambut yang buka.

Sejak 2016, saya selalu memangkas rambut saya di Kaizen di gedung Setiabudi One. Tempat itu dekat dengan kantor saya saat itu. Meski sudah tidak lagi berkantor di sana, saya sudah telanjur nyaman dengan tempat itu. Pemangkas rambut mereka terampil dan ramah. Waktu pemangkasan rambut di sana pun singkat, sekitar 10 menit. Satu hal unik yang saya senangi ialah mereka menggunakan penyedot debu di kepala pelanggan untuk membersihkan sisa-sisa rambut setelah dipotong. Praktis!

Ada beberapa sinonim untuk memangkas dalam konteks rambut, yaitu memotong, menampas, mencukur, menggunting, dan meregas. Semuanya dapat dipakai dengan nuansa makna yang sedikit berbeda. Memotong dan memangkas paling umum; menggunting dan mencukur lekat dengan alat gunting dan pisau cukur; menampas memangkas rata (seperti rambut tentara); meregas tampaknya hampir tidak pernah digunakan lagi. Saya memilih memangkas karena makna memotong terlalu luas. Namun, itu pilihan pribadi.

Saya rutin memangkas rambut tiap tiga pekan. Lewat dari tenggang itu, rambut saya sudah tidak keruan, paling tidak menurut saya. Waktunya pun teratur, Sabtu sebelum pukul 12, karena pada waktu itu pengunjung belum ramai. Saya dapat langsung dilayani tanpa harus menunggu. Saya tidak memilih siapa pemangkas yang melayani saya karena kualitas potongan keempat pemangkas di sana sama bagusnya. Pesan saya selalu sama, “Pisau cukur ukuran dua, spike, cambang dipotong garis kacamata.”

Ritual memangkas rambut itu hampir selalu dilanjutkan dengan makan siang di salah satu kafe di gedung itu. Ketika masih di kantor lama, kafe itu tempat favorit saya untuk bekerja. Menu favorit saya di sana ayam telur asin (salted egg chicken) dan kopi long black panas. Para pelayan kafe itu hampir tidak pernah menanyakan apa pesanan saya. Mereka sudah tahu.

Tingkatkan keterampilan berbahasa Anda dengan mengikuti kelas-kelas Narabahasa. Kunjungi juga toko daring kami di Tokopedia untuk memperoleh buku dan berbagai produk kebahasaan yang menarik.

--

--

Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang belajar bercerita setiap hari