Member-only story
Refleksi
Menulis Topik Kebahasaan
#755: Bank ide dari menjawab pertanyaan secara tertulis
Januari belum usai, tetapi sudah sepuluh tulisan bertopik kebahasaan yang saya buat pada bulan ini. Selama 2024, rata-rata saya hanya membuat lima tulisan soal bahasa, padahal itu topik favorit saya. Tampaknya, tahun lalu saya terkena kutukan pengetahuan. Saya enggan menuliskan masalah kebahasaan karena merasa sudah cukup membahasnya di seminar dan kelas yang saya berikan.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Semangat membuat tulisan kebahasaan kembali tumbuh berkat tulisan Mas Ah. Syahrul Ansori. Dampaknya tidak langsung. Saya mulai dengan menuliskan jawaban yang disampaikan secara lisan pada acara Tanya Jawab Kebahasaan (Tabah) di akun Instagram Narabahasa. Karena acara itu diadakan tiap Kamis malam, saya mencanangkan untuk menerbitkan rubrik tetap berupa tulisan jawaban pertanyaan Tabah tiap Jumat.
Menjawab pertanyaan secara tertulis lebih sulit daripada secara lisan. Selama satu jam acara Tabah, saya dapat menjawab sekitar 20 pertanyaan. Begitu menuliskan jawaban untuk pertanyaan yang sama, saya perlu waktu hampir dua kali lipat, padahal sudah dibantu catatan dari jawaban lisan. Saat membuat jawaban tertulis, saya merasa perlu mencari rujukan, salah satunya dari tulisan…