Member-only story

Menulis Memaksa Saya Menjadi Pengamat

#178: Tentu saja perlu bantuan teknologi untuk mengingat amatan.

Ivan Lanin
2 min readJun 21, 2023
Ilustrasi: Gül Işık/Pexels

Setelah membaca tulisan saya, Bang Hadi berkomentar, “Ternyata Uda pengamat banget. Dari tulisan [itu] saya jadi harus lebih belajar lagi bagaimana merasakan setiap momen yang saya rasakan.” Dia mungkin berkomentar begitu karena saya menuliskan hidangan apa saja yang kami pesan saat makan siang.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Padahal, dahulu saya abai dengan lingkungan sekitar. Pada suatu ketika, istri saya pernah menyembunyikan hadiah ulang tahun untuk saya di bufet di samping meja makan. Saya tidak sadar ada barang itu sampai istri saya menyerahkannya kepada saya. Dia berkata, “Aku tahu kamu enggak akan sadar ada barang baru di sana.” Benar, sih.

Saya juga kerap tidak sadar ketika istri saya memotong rambutnya atau memakai baju baru. Karena sering diomeli akibat tidak memperhatikan, lama-lama saya lebih waspada. Sekarang, saat ada uban baru di kepalanya, saya berkomentar meski ternyata kadang salah. Uban itu sudah lama ada, tetapi saya baru lihat. Ya, paling tidak ada usaha.

Saya pun acap lupa nama orang yang saya temui dan apa yang diobrolkan pada pertemuan itu. Muka ingat, tetapi nama tidak. Saya sering berkilah, “Duh, maaf, ya. Soalnya…

--

--

Ivan Lanin
Ivan Lanin

Written by Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari

No responses yet