Mengempu Tiga Lidah
#559: Bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing
Suatu sore awal Mei 2024, Windy Ariestanty (Mbak W) memanggil saya via WhatsApp. Saya langsung membalas, tetapi obrolan kami baru berlanjut via telepon keesokan harinya. Saya sudah menduga bahwa dia menghubungi saya untuk mengisi acara Patjarmerah, festival kecil literasi dan pasar buku keliling Nusantara.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Mbak W menceritakan ide tentang gelar wicara (talk show) #obrolanpatjar yang membahas bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Acara itu menjadi bagian Patjarmerah Kecil di Pos Bloc Jakarta, 29 Juni–7 Juli 2024. Nama gelar wicara itu “Mengempu Dua Lidah”.
“Aku senang, deh, nemu kata mengempu. Gara-gara mikirin judul ini, [aku] jadi tahu ada kata itu,” kata Mbak W.
Mengempu berarti ‘menghormati; memuliakan’ dan ‘mengasuh; membimbing’. Saya tahu kata yang merupakan turunan kata empu itu, tetapi belum pernah menggunakannya. Mbak W memakai kata itu untuk menggambarkan upaya menjaga, merawat, dan mengembangkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara seimbang.
Saya tidak pernah menampik ajakan Mbak W. Saya selalu bersemangat menghadiri Patjarmerah karena berkesempatan untuk memborong buku-buku yang dipamerkan di sana. Terakhir, saya pulang…