Member-only story
Refleksi
Mengarsipkan Pesan, Merapikan Pikiran
#851: Kebiasaan kecil menuju ketenangan digital
Saya punya kebiasaan kecil yang berdampak besar bagi ketenangan saya: mengarsipkan surel Gmail dan obrolan (chat) WhatsApp sesegera mungkin. Setiap kali memeriksa surel atau obrolan, saya membiarkan yang perlu diproses tetap terbuka, tetapi mengarsipkan yang tidak perlu. Tidak semua harus langsung dibalas. Tidak semua perlu menunggu di layar dan memenuhi kepala.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Surel biasanya saya periksa dua kali sehari—pagi dan malam. Pemeriksaan pesan WhatsApp lebih fleksibel, tergantung beban kerja hari itu, biasanya setiap tiga jam sekali. Opsi “Tetap arsipkan chat” (Keep chats archived) di pengaturan WhatsApp dimatikan agar obrolan muncul lagi jika ada balasan. Repot kalau tidak. Bisa-bisa saya terlewat hal penting hanya karena terlalu rapi. Kerapian tetap harus adaptif.
Kebiasaan ini membuat saya merasa lapang. Tidak ada tumpukan pesan yang membayang seperti utang. Kalau tugas dapat diselesaikan dengan cepat, saya langsung mengerjakannya. Kalau belum bisa, tugas dicatat di Google Task dengan diberi tenggat. Dengan begitu, saya tahu pesan itu aman dan tak terlupakan. Saya bisa lanjut bekerja tanpa rasa bersalah.