Membuat Membaca Menjadi Produktif

Gunakan bacaan sebagai bahan obrolan

Ivan Lanin

--

Ilustrasi: DALL-E 3. Perintah: Foto perempuan Indonesia sedang serius membaca buku di dalam kereta komuter sambil berdiri dan di sekelilingnya orang-orang asyik bermain ponsel.

Rasanya, semua orang tahu bahwa membaca merupakan cara terbaik untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Ketika berbicara soal literasi, yang pertama didorong adalah kesukaan membaca. Namun, belum lama ini kita gempar karena tingkat kegemaran membaca Indonesia disebut sangat rendah. Berbagai faktor ditengarai menyebabkan hal itu.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Saya suka membaca. Sekarang saya mulai menyesuaikan diri dengan buku digital meski masih lebih suka buku cetak. Pengalaman indrawi ketika melihat desain tiga dimensi, mendengar suara halaman dibalik, mencium aroma khas buku, dan merasakan kesat kertas di jemari belum tergantikan. Kadang saya mengecap rasa kertas ketika membasahi ujung jari dengan lidah untuk membalik halaman.

Kenyataan kerap mengkhianati kesukaan. Faktor pilihan prioritas dan ketersediaan waktu tidak bersahabat terhadap kesukaan membaca. Buku yang dibeli tertumpuk tanpa dibaca di lemari, bahkan kadang tanpa sempat dibuka dari pembungkusnya. Bangsa Jepang punya istilah tsundoku (積ん読) untuk keadaan menumpuk bacaan tanpa disentuh seperti itu. Pelakunya disebut penimbun buku (book hoarder).

Saya pernah berdosa menjadi penimbun buku. Kesibukan kerja membuat saya tidak…

--

--