Lancar Berbicara dengan Bahasa Nonverbal

Lengkapi suara, kata, dan kalimat dengan sikap, ekspresi, dan gerak-gerik.

Ivan Lanin

--

Ilustrasi: DALL-E 3. Perintah: Foto laki-laki Indonesia dengan kemeja batik lengan pendek dan celana jin berbicara di tengah rapat di sebuah kantor.

Meski merupakan keterampilan berbahasa yang kedua dikuasai manusia setelah menyimak, berbicara masih sering menjadi masalah besar bagi banyak orang. Masalah itu khususnya terjadi ketika kita berbicara dalam suasana formal dan di depan publik (public speaking). Saya mengalami itu ketika beralih profesi dari pemrogram komputer menjadi konsultan manajemen pada akhir dasawarsa 2000-an.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Untungnya, ketika itu saya berada pada lingkungan yang tepat. Orang-orang di sekitar saya, para konsultan, memberikan contoh cara berbicara yang luwes, baik ketika mengobrol santai secara pribadi maupun saat berdiskusi formal dalam rapat. Saya belajar dari mereka bahwa faktor atau bahasa nonverbal kadang justru lebih penting daripada bahasa verbal.

Faktor nonverbal yang sering luput dari perhatian saat berbicara mencakup sikap, ekspresi, dan gerak-gerik. Faktor-faktor tersebut melengkapi faktor verbal berupa suara, kata, dan kalimat sebagai sarana utama bahasa lisan.

Sikap yang tenang dan wajar merupakan kunci pertama keberhasilan berbicara. Sebagai patokan, kita dapat melihat sikap kita saat berbicara dengan orang…

--

--