Member-only story
Kotak Kopi
Teman setia pencinta kopi
Ada sebuah benda yang selalu saya bawa saat menginap di hotel untuk tugas kantor, baik di luar kota maupun di dalam kota. Benda itu ialah kotak Lock & Lock yang diisi bubuk kopi. Saya teringat dengan benda setia itu saat menyeduh kopi di kamar sebuah hotel di Yogyakarta sambil memikirkan apa yang akan saya tulis hari ini.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Saya suka kopi. Saya lebih suka robusta yang pahit daripada arabika yang asam. Sayangnya, dari pengalaman saya, kebanyakan hotel dan kedai kopi hanya menyediakan arabika. Daripada repot harus mencari kopi robusta, saya memilih membawa sendiri. Itulah alasan mengapa saya selalu membawa kotak kopi itu ke mana-mana.
Sejak sekitar 2010, saya minum kopi tanpa gula. Alasan awalnya bukan karena menjaga kesehatan, melainkan karena malas repot meminta dan menambahkan gula. Kesukaan saya akan kepraktisan memang kerap di luar nurul, eh, nalar. Dari kemalasan itu, tumbuhlah kebiasaan yang ternyata juga baik untuk kesehatan. Saat anak sekarang tergila-gila dengan es kopi gula aren, saya emoh. Kopi saya kopi hitam panas pahit tanpa gula.
Kalau memesan dari kedai kopi, saya memilih long black. Saya tetap menggunakan istilah bahasa Inggris karena belum tega berkata, “Saya minta kopi hitam panjang.” Saya suka jenis kopi…