Member-only story
Ketika Buntu Menulis
#154: Langkah pertama untuk melakukan sesuatu biasanya berat.
Hari ini saya buntu menulis. Penyebabnya bukan karena tidak ada ide, melainkan karena kehabisan energi.
Meski hari libur, dari pagi saya bekerja. Sejak awal pekan lalu, saya menyeleksi makalah Kongres Bahasa Indonesia XII. Karena ada beberapa pekerjaan lain sepanjang pekan lalu, saya merasa kemajuan seleksi beringsut perlahan benar. Saya baru dapat mengalokasikan waktu sehari penuh pada Sabtu kemarin. Itu pun belum selesai sehingga harus dilanjutkan hari ini. Ada 118 makalah yang harus diseleksi!
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Setelah seleksi selesai, saya membuat bahan mengajar untuk pekan depan. Bahan baru selesai menjelang Magrib. Otak saya lelah sekali. “Setelah makan malam, saya buat tulisan harian Medium, deh,” pikir saya. Nyatanya, setelah perut kenyang, mata mengantuk. Saya tertidur di sofa depan TV dan baru terbangun menjelang acara Kinara dengan Mas Inu (Wisnu Nugroho).
Mengobrol memang dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi menulis yang bagus. Selesai mengobrol dengan Mas Inu, saya langsung membuka laptop dan menulis. Oh, ya. Hasil obrolan lebih lengkap dengan beliau akan saya tulis nanti, ya. Sekarang saya mau mengejar setoran tulisan dahulu.