Jangan Menangis

#152: Logika sanggup menahan tangisan ketika kita sadar, tetapi emosi ternyata tetap sulit dikendalikan dengan logika.

Ivan Lanin

--

Ilustrasi: Download a pic Donate a buck/Pexels

Saya pernah membaca tulisan yang menyatakan bahwa kita menangisi diri sendiri, bukan mendiang, ketika ada orang yang meninggal dunia. Sejak itu, saya berusaha tidak menangis dalam menghadapi kematian kerabat atau sahabat. Upaya itu kerap mengalami kegagalan, seperti yang terjadi saat ayah saya wafat.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Ayah tutup usia pada usia 75 tahun karena serangan jantung di RS Omni Pulomas, Jakarta Timur, Jumat, 27 Agustus 2021, pukul 22.48. Ketika membawa Ayah ke rumah sakit, menerima kabar dari dokter yang menyatakan beliau sudah meninggal dunia, serta menyiapkan dan menjalankan pemakaman almarhum, saya berhasil menahan diri untuk tidak menangis.

Tangis saya pecah ketika memberikan sambutan di samping makam Ayah di TPU Karet Bivak.

Saat itu, saya mengawali sambutan pendek saya dengan lancar. Saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang menghadiri pemakaman Ayah. Kemudian, dengan singkat saya menceritakan kronologi peristiwa malam sebelumnya, mulai dari telepon Ibu yang panik minta saya datang pada sekitar pukul sembilan malam, hingga momen pernyataan dokter bahwa…

--

--

Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari