Member-only story
Jangan Malas Menjawab
#10: Jawaban pendek dan tidak lengkap membuat penasaran
Saya sedang belajar menulis fiksi. Pada tulisan fiksi, dialog menunjukkan tokoh yang menuturkannya. Penutur bahasa Indonesia kadang memakai kata tidak baku dalam pembicaraan sehari-hari. Oleh karena itu, saya pun kadang menggunakan kata tidak baku dalam dialog tulisan saya.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Repotnya, beberapa orang kemudian mempermasalahkan penggunaan kata tidak baku itu. Pada sebuah tulisan, misalnya, seorang tokoh rekaan saya memakai kata “Singapur” dalam dialognya. Waktu saya mengirim tulisan itu ke Facebook, seorang warganet bertanya, “Singapur atau Singapura, Uda?”
Pada awalnya saya mengabaikan pertanyaan itu karena saya pikir orang tinggal memeriksa kata baku di KBBI Daring dan di sana sudah jelas bahwa yang baku adalah “Singapura”. Untunglah ada warganet lain yang menjawab secara eksplisit meski tidak memberikan tautan ke KBBI.
Saya pun menjawab, “Itu kalimat percakapan.” Saya bermaksud memberitahukan — secara implisit — bahwa saya sengaja memakai kata tidak baku untuk menunjukkan bahwa itu merupakan dialog informal, bukan kalimat baku dalam, misalnya, laporan resmi atau karya ilmiah.