Member-only story
AI
Jangan Gunakan AI
#902: Bekerjalah Bersamanya
“Ivan, ChatGPT kacau! Nilai di publikasi asal dengan yang dibilang ChatGPT berbeda. Nilainya salah,” kata Eril melalui WhatsApp. Eril adik saya yang menjadi satu-satunya doktor di keluarga kami. Dia baru saja tergoda cerita saya dan berlangganan ChatGPT berbayar untuk membantu risetnya. Umur kami tidak terpaut jauh sehingga dia memanggil saya dengan nama tanpa embel-embel “Uda”.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
“Sabar, ya. Hasil AI memang perlu dicek ulang,” jawab saya. Kekecewaannya wajar. Banyak orang berharap AI bekerja seperti kalkulator yang sekali diberi input langsung memberikan jawaban yang benar. Padahal, AI lebih menyerupai asisten magang yang pintar, tetapi belum sepenuhnya paham konteks. Di sinilah sering timbul salah paham.
Saya teringat pada penjelasan Jeremy Utley. Pada video berjudul “How Stanford Teaches AI-Powered Creativity in Just 13 Minutes”, pengajar Stanford University itu menjelaskan bagaimana sebaiknya manusia berinteraksi dengan AI. Katanya, banyak orang kecewa karena memperlakukan AI sebagai alat yang harus langsung menghasilkan jawaban sempurna. Padahal, AI lebih tepat diperlakukan sebagai rekan kerja.
Jeremy bercerita tentang Winston Churchill yang mendiktekan pidato dari dalam bak…