Member-only story
Jakarta yang Lengang
#119: Bagaimana kalau kita adakan Lebaran tiap hari?
Pada hari pertama Lebaran 1444 H, saya mengunjungi empat tempat. Saya, istri saya, dan anak saya berangkat pukul enam pagi dari Kebayoran Lama ke rumah ibu saya di Pulo Gadung. Dari sana, kami mengunjungi mertua saya di Pejaten. Selanjutnya, kami bersilaturahmi dengan keluarga besar istri saya di daerah Kuningan. Terakhir, kami menyambangi bibi istri saya di Bintaro.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Untungnya, perjalanan menuju berbagai tempat itu lancar dengan waktu tempuh sekitar 30–40 menit. Kami sudah tiba kembali di rumah pada pukul tujuh malam. Saya tidak terbayang kalau perjalanan kemarin dilakukan saat hari kerja biasa.
Kami mengikuti salat Id di Masjid Al-Musyawarah, Kelapa Gading, sekitar 10 menit bermobil dari rumah Ibu. Ketika tiba di sana, alhamdulillah, saya masih mendapat tempat parkir yang dekat dari masjid sehingga Ibu tidak perlu berjalan jauh. Ibu saya sudah berusia 72 tahun dan beliau perlu tongkat untuk berjalan.
Sepulang dari masjid, kami sarapan lontong, opor, rendang limpa, dan telur balado di rumah Ibu. Ini hari curang (cheat day) untuk anak saya Arka yang sangat memperhatikan asupan gizinya. Maklum, ia sedang senang berolahraga.