Member-only story
Insinyur Bahasa
Carilah topik tesis dan bidang pekerjaan yang memikat hati kita.
Mertua laki-laki saya dan saya sama-sama lulusan Teknik Kimia ITB. Tahun masuk kami terpaut jauh. Beliau masuk 1963 dan lulus 1972, sedangkan saya masuk 1992 dan lulus 1999. Ya, kami sama-sama terlalu senang berkuliah sehingga enggan cepat lulus. Dalam hal ini, saya kalah dari beliau. Beliau lebih lama menikmati masa-masa kuliah nan indah.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Papa, panggilan saya kepada beliau, sering menyebut saya “Insinyur Bahasa”. Beliau mungkin heran dengan menantu yang satu ini, yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikan. Padahal, beliau pun tidak bekerja dalam bidang teknik kimia. Papa berkarier di Kementerian Keuangan. Sebenarnya, saya ingin membalas dengan menyebut beliau “Insinyur Uang”, tetapi niat itu saya urungkan karena takut dipecat sebagai menantu.
Sebutan “Insinyur Bahasa” dari Papa itu saya gunakan sebagai judul paparan untuk webinar Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Linguistik (Hima Lingua), Universitas Airlangga (Unair), Sabtu sore, 23 September 2023. Judul itu saya pilih karena panitia acara ingin saya menyampaikan bagaimana saya membuat tesis dan bagaimana saya menjalankan perusahaan penyedia layanan kebahasaan tanpa latar belakang pendidikan linguistik.