Member-only story
Gadis Kretek dan Perempuan Pala
Meski memiliki kesamaan pola judul, kedua buku tersebut memberikan pengalaman membaca yang sangat berbeda.
Novel Gadis Kretek (2012) dari Ratih Kumala dan kumpulan cerpen Perempuan Pala (2015) dari Azhari Aiyub saya baca berturut-turut. Judul keduanya memiliki kesamaan pola: frasa nomina dengan kata pertama berhubungan dengan perempuan dan kata kedua berhubungan dengan produk dari hasil pertanian. Saya pikir, saya akan menemukan kesamaan di antara kedua buku itu. Namun, saya keliru besar.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Pengalaman membaca kedua buku itu sangat berbeda. Gadis Kretek saya baca dengan santai dan cepat. Ceritanya manis dengan bumbu keharuan dan komedi yang membuat saya sesekali tersenyum. Sementara itu, meski lebih tipis, Perempuan Pala saya baca dengan tegang dan lambat. Tiap mengakhiri satu cerpen, saya harus berhenti sejenak untuk mencerna maksud cerita itu.
Gadis Kretek
Novel terbitan Gramedia Pustaka Utama setebal 274 halaman ini dibuka dengan kalimat dari sudut pandang orang pertama: “Romo sekarat. Berhari-hari dia mengigau-igau sebuah nama: Jeng Yah.” Orang pertama yang bercerita itu bernama Lebas.