Member-only story
Cara Praktis Membuat Pantun
#228: Buat dahulu pesan, baru buat sampiran
Saya beberapa kali mendapat pertanyaan bagaimana cara membuat pantun. Pertanyaan itu biasanya dilontarkan oleh peserta yang mendapat tugas sebagai pembawa acara (master of ceremony/MC) di kantornya. Terakhir, saya menjelaskan dan mempraktikkan pembuatan pantun kepada staf administrasi kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia dan staf Sekretariat Perusahaan Jasa Raharja.
Belum jadi anggota Medium? Baca gratis tulisan ini di sini.
Saya pernah menerangkan pembuatan pantun dalam sebuah utas (thread) di Twitter, eh, sekarang namanya X, ding. Gara-gara utas itu juga, saya jadi tahu bahwa pantun tidak selalu bersajak a-b-a-b. Padahal, saat bersekolah dahulu, itu yang selalu disampaikan oleh guru-guru saya. Saya juga mengenal pantun Bima yang bermain pada konsonan, bukan vokal seperti pada pantun Melayu.
Pantun adalah puisi lama Melayu yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (larik) bersajak dengan dua baris pertama berupa sampiran atau pengiring dan dua baris selanjutnya berisi pesan utama. Rima baris pantun umumnya a-b-a-b, tetapi dapat pula a-a-a-a. Tiap baris lazimnya terdiri atas 8–12 suku kata atau sekitar empat kata agar enak didengar (eufonik) saat dibacakan.