Member-only story
Buntu Menulis
#439: Apa yang harus dilakukan saat otak menolak dipaksa menulis?
Gerimis turun rintik-rintik di Jl. Senopati, Jakarta. Saya baru saja tiba di restoran 3 Wise Monkeys setelah menempuh perjalanan 1,5 jam dengan taksi daring dari Gading Serpong. Jalan di SCBD sangat macet sehingga saya meminta sopir taksi untuk menurunkan saya di pinggir jalan dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Saya bosan duduk di taksi.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Hari ini hari ketiga saya gagal mengirim tulisan ke Medium pada pukul 6 pagi. Sejak Senin, saya mengikuti Sidang Komisi Istilah Badan Bahasa yang tiap hari berlangsung dari pukul 8 pagi s.d. 9 malam. Saya sulit mencari waktu untuk menulis. Saya masih bisa konsisten berjalan kaki selama satu jam tiap pagi, tetapi gagal konsisten menerbitkan tulisan tepat waktu.
Tulisan ini pun saya buat dengan tersendat-sendat. Saya mencoba berkonsentrasi di tengah celoteh teman-teman saya yang satu per satu berdatangan. Restoran ini memang menjadi tempat kami berkumpul menjelang akhir pekan untuk mengobrol dan melepas lelah. Sebentar lagi, tepatnya pukul 8 malam, Melanieast Music akan mulai bermain di lantai teratas gedung ini. Saya harus segera menuntaskan tulisan.