Bentuk dan Makna

Bahasa menggunakan bentuk bunyi dan tulisan untuk menyampaikan makna.

Ivan Lanin

--

Ilustrasi: Edmond Dantès/Pexels

Saya mempelajari ilmu bahasa (linguistik) secara autodidaktik. Sejak tertarik lagi dengan bahasa Indonesia pada 2006, saya mulai mengais pengetahuan tata bahasa, kosakata, dan ejaan dari berbagai sumber. Saya mencari rujukan tulisan, bertanya kepada para munsyi, dan mengamati gejala bahasa. Ilmu dari bacaan, obrolan, dan amatan itu terangkai menjadi pemahaman.

Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Saat awal belajar bahasa, fokus utama saya adalah ejaan karena itu yang langsung terlihat pada tulisan. Pelan-pelan, saya menyadari bahwa fokus linguis justru bahasa lisan karena bahasa adalah sistem bunyi. Tulisan sekadar perwujudan bunyi. Namun, pengguna awam kerap lebih pusing soal bentuk bahasa tulis daripada lisan. Pertanyaan yang paling banyak diajukan kepada saya pun berkutat pada soal ejaan.

Bentuk bahasa digunakan untuk menyampaikan makna dan maksud. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah masalah ejaan, warganet mulai banyak menanyakan makna kata dan kalimat. Saya berusaha sebisa saya untuk menjawab dengan merujuk kamus atau menafsirkan sesuai dengan pemahaman saya. Menurut saya, urusan makna lebih pelik daripada bentuk.

--

--

Ivan Lanin

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia yang berlatih bercerita setiap hari