Member-only story
Bagaimana Mengukur Kesantunan Berbahasa?
#221: Makin jauh hubungan, biasanya makin santun bahasa yang digunakan
Salah satu pertanyaan pada Tanya Jawab Kebahasaan Episode Ke-115 (Tabah #115) menggelitik saya, “Bagaimana mengukur kesantunan dalam berbahasa?” Penanya itu memberikan konteks keramaian di Twitter tentang penggunaan sapaan gue dan lo kepada orang yang baru dikenal.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Urusan kesantunan berbahasa ini subjektif dan bergantung pada konteks. Tiap orang dapat memiliki pandangan yang berbeda. Cara termudah untuk mengatasi perbedaan pendapat adalah dengan melakukan jajak pendapat. Kumpulan subjektivitas akan menjadi objektivitas. Itu yang dilakukan dalam kuesioner: Kita mengumpulkan pendapat banyak orang untuk mengetahui apa pendapat sebagian besar orang.
Jadi, secara praktis, kesantunan dapat diukur dengan mengumpulkan pendapat subjektif banyak orang melalui jajak pendapat, misalnya, “Apakah menurut Anda kata-kata ini santun?” Tentu saja kita perlu menerapkan perhitungan galat statistik yang relevan terhadap segala hasil kuesioner.
Secara ilmiah, dalam ilmu pragmatika, paling tidak ada tiga rujukan kriteria kesantunan berbahasa: Lakoff, Leech, dan Brown & Levinson. Berikut ini ringkasannya.