Member-only story
Saintek
Asam dan Basa
#986: Keseimbangan Dua Kutub
Waktu kelas dua SMA, saya punya hobi aneh: bereksperimen dengan asam dan basa. Saya beberapa kali sengaja membeli kertas lakmus di Kimia Farma di dekat Alun-Alun Bandung, di ujung Jalan Braga. Rasanya menyenangkan membawa pulang gulungan kertas tipis itu, lalu mencelupkannya ke larutan cuka, sabun, atau air jeruk. Perubahan warnanya seolah memperlihatkan rahasia tersembunyi dari cairan yang sehari-hari begitu biasa.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Rasa takjub sederhana itu membuat saya bertanya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan asam dan basa. Mengapa satu larutan bisa membuat lakmus berubah merah, sementara yang lain mengubahnya menjadi biru? Pertanyaan remeh di meja belajar membawa perjalanan panjang sejarah ilmu kimia ketika para ilmuwan mencoba memberi definisi yang lebih jelas tentang dua kutub itu.
Pada 1884 di Uppsala, Swedia, Svante Arrhenius berupaya memberi batasan yang tegas. Menurutnya, asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H⁺) dalam air, sedangkan basa menghasilkan ion hidroksida (OH⁻). Definisi ini sederhana dan praktis, cocok dengan percobaan masa itu. Akan tetapi, penjelasan tersebut hanya berlaku untuk larutan berair dan tak menyentuh banyak fenomena kimia lain.
