Member-only story
Ajisaka
#447: Mengalihkan aplikasi dan data dari lokasi fisik ke virtual
Nama laptop saya Ajisaka. Sejak membeli sendiri laptop, saya terbiasa menamai mereka untuk memudahkan pengenalan. Di Google Drive, tempat saya menyinkronkan berkas laptop, ada tiga nama lain yang masih tertera: Anjani, Indigo, dan Senandika. Itu nama-nama mantan laptop saya sebelum Ajisaka.
Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini.
Ajisaka saya beli di salah satu lokapasar (marketplace) pada Oktober 2020 dengan harga Rp7 juta. Ia Lenovo ThinkPad T460s bekas dengan prosesor Intel Core i7 6600 2,60 GHz, memori 8 GB, dan penyimpanan SSD 256 GB. Tiga mantan laptop saya pun ThinkPad bekas pakai. Saya puas dengan kinerja merek itu dan tidak berniat beralih hati. Kalau tiba saat pensiun Ajisaka, saya akan menggantinya dengan merek yang sama yang mungkin bekas pula. ThinkPad bekas andal dan ekonomis.
Sistem operasi yang saya gunakan masih Windows 10 karena Ajisaka belum dapat menerima Windows 11. Kabarnya, Windows 12 akan hadir pada 2024. Mungkin itu saatnya memensiunkan Ajisaka. Pilihan sistem operasi—Windows, macOS, atau Linux—seperti agama: Tiap penganut fanatik dengan agamanya meski kadang ada juga yang berpindah agama. Jadi, jangan tanya mengapa saya memilih Windows, padahal—menurut orang lain—sistem operasi lain lebih unggul pada…